Madrasah Raudlatul Ulum yang kita kenal saat ini, awalnya berdiri dengan nama Manbaul Ulum. Nama tersebut persis dengan nama pesantren jamseran Solo, dimana KH. Suyuthi menuntut ilmu selama tiga tahun. Pada mulanya KH. Suyuthi hanya fokus terhadap pendidikan warga sekitar, tapi semakin lama semakin banyak pula orang yang ingin mengaji, dan menuntut ilmu dari beliau. Akhirnya dengan dorongan nurani guna memberantas kebodohan serta menjunjung budi pekerti manusia, beliau mendirikan madrasah Manbaul Ulum di kompleks Guyangan sekitar tahun 1929.
Madrasah tersebut berdiri bertepatan pada masa penjajahan belanda sampai jepang. Oleh karena tekanan dan ancaman dari belanda itulah, maka madrasahpun berhenti total, sekitar tahun 1939 sampai pada tahun 1950-an. Hal inilah yang menggugah semangat juang mereka untuk tetap mempertahankan tujuan utamanya yakni memberantas kebodohan, maka dengan dibantu para santri-santri seniornya, akhirnya madrasah tersebut bangkit kembali dengan nama baru, yakni madrasah Raudlatul Ulum, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari mereka.
Pada saat out, rekan-rekan KH. Suyuthi dalam mendirikan madrasah ini diantaranya adalah : KH. Yusuf, KH. Abdur Rahman, KH. Abdur Rahman, KH. Masturi, KH. Maemun, KH. Sabiqi, KH. Abdullah Zaini, dan masih banyak lain, seperti halnya KH. Bisri dan KH. Ismail. Bersama rekan – rekan dan diiringi dengan semangat juang yang gigih KH. Suyuthi bertekad untuk mencapai cita – citanya yang mulia yakni;
1.Memperbaiki budi pekerti serta menjunjung tinggi martabat manusia.2.Memberantas kebodohan di kalangan masyarakat umum.
3.Mencetak kader – kader muslim yang berkualitas dalam keilmuan dan pengalaman.
Bersama berdirinya Madrasah Raudlatul Ulum ini pula, beliau berharap bisa menjadikan madrasah ini, sebagai tempat untuk mengamalkan ilmu pengetahuan walaupun kondisi madrasah saat itu masih dibawah layak. Seperti Madrasah Raudlatul Ulum yang saat itu masih kekurangan gedung, KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang berlangsung di perumahan – perumahan warga sekitar. Termasuk gedung panjang yang kita kenal saat ini, dulunya adalah lahan perumahan warga yang kemudian diwakafkan sebagai bentuk usaha untuk membantu memajukan ilmu pengetahuan. Bentuk bangunanpun masih sangat sederhana, dengan lantai geladak kayu, tapi saat itu telah dibuat bertingkat sehingga layaknya sebuah bangunan yang sangat megah untuk digunakan sebagai sarana belajar mengajar di masa lalu.
Kemudian seiring dengan kemajuan zaman, madrasah akhirnya berkembang dengan berdirinya PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) Raudlatul Ulum yang pada saat ini setara dengan MTS/SMP. Hingga tahun 1969, madrasah ini terus menampakkan perkembangan pesatnya dengan berdirinya PGAL (Pendidikan Guru Agama Lengkap) atau setara dengan MA/SMA.
Namun pada akhirnya pada tahun 1972, Madrasah Raudlatul Ulum resmi menjadi Yayasan Perguruan Islam Raudlatul Ulum dan telah diakui Depag dengan Akte tertanggal 26 Januari 1972 yang dibuat di Kudus dan disaksikan langsung oleh RM. Poerba Kusuma. Pada saat itu juga, program PGAP maupun PGAL dihapuskan dan diganti dengan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah seperti sekarang ini.
Oleh karena itu, patut kita syukuri. Bahwa Allah telah menganugerahkan yang terbaik bagi madrasah kita. Termasuk pemimpinya yang adil dan bijaksana, ustadz – ustadz yang alim, gedung megah dan tentunya ilmu yang semakin bertambah. Kita sebagai santri, utamanya lebih berfokus ke dalam hal pelajaran serta pendidikan, sebagai rasa syukur kita kepada Allah dan rasa hormat serta rasa terima kasih kita terhadap sesepuh kita, utamanya KH. Suyuthi. Karena dari apapun yang beliau harapkan adalah menjadikan santri – santri yang militan dan mampu menerangi kebodohan serta memiliki budi pekerti yang mulia. (http://ikamaru-ypru.blogspot.com/2008/05/sejarah-singkat-ypru.html)
0 komentar
Posting Komentar